Penentuan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus dapat ditelusuri berdasarkan informasi yang tersirat dalam Kitab Suci dan juga berdasarkan kisah kelahiran Santo Yohanes Pembaptis. Penginjil Santo Lukas mencatat bahwa konsepsi Santo Yohanes Pembaptis terjadi ketika Imam Zakaria melayani di Bait Allah pada rombongan Abia (Luk. 1:5), salah satu dari 24 rombongan imamat yang secara bergantian melayani dalam Bait Allah dalam sikus tahunan (Neh 12:17). Imam Zakaria diyakini sebagai imam yang melayani bertepatan dengan Hari Perdamaian / Day of Atonement (Inggris) / Yom Kippur (Ibrani) yang terjadi setiap tanggal 10 bulan Tishri pada system penanggalan Yahudi, kira-kira September pada sistem penanggalan Gregorian (Im. 23:27). Injil Lukas mencatat bahwa beberapa lama setelah perayaan ini Elisabet mengandung Yohanes Pembaptis (Luk. 1: 24). Hal ini bertepatan dengan perayaan Gereja Katolik tentang kelahiran Santo Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni.
Alkitab juga mengatakan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung Kristus, ia berkunjung ke Elisabet yang pada saat itu sedang mengandung di bulan yang keenam. Ini menandakan bahwa usia Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus (Luk. 24-27, 36). Jika kita menambah 6 bulan dari bulan Juni (bulan kelahiran Yohanes Pembaptis), tanggal yang didapat adalah sekitar tanggal 25 Desember.
Selain berdasarkan penelusuran Alkitab, penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan juga ditetapkan berdasarkan tradisi suci yang bersumber dari kesaksian Bunda Maria sendiri. Selain Bunda Maria, para bapak gereja pun menjaga tradisi kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember, contohnya Paus Telesphorus (tahun 126-137) mengukuhkan tradisi misa Malam Natal pada zaman kepemimpinannya dan Uskup Teofilus (tahun 115-181) mewajibkan umat beriman untuk memperingati kelahiran Tuhan setiap tanggal 25 Desember.
Source